Semoga dengan media blog ini bisa saling berbagi informasi dan mudah-mudahan bisa bermanfaat buat semuanya.
"Khoirunnas Anfa'uhum Linnas", Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat manusia lainnya.

Jelang Malam Lailatul Qadar: Mengapa Doa Kita Tak Terkabul?

Selasa, 23 Agustus 2011 | 0 komentar

Oleh: Ahmad Nurarifin

Ramadhan bulan penuh berkah, ampunan, dan tentunya bulan yang makbul untuk kita memohon kepada Allah. Memasuki 10 hari terakhir Ramadhan sungguh spesial, karena merupakan salah satu hari dimana terdapat malam lailatul qadhar; malam yang penuh berkah, malam yang lebih baik dari seribu bulan  (QS Al Qadar [97] : 3-5).

Sudah sepatutnya sebagai seorang muslim berusaha mempersiapkan diri berbenah supaya termasuk dari golongan yang bisa mendapatkan berkah malam lailatul qadhar.

Teradapat banyak pendapat mengenai kapan terjadinya malam tersebut diantaranya, pertama “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR  Bukhari).

Kedua, “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa Allah akan menilai bukan hanya secara instan, namun dari kontinuitas kita beribadah, tidak serta merta kita hanya memfokuskan penuh beribadah pada hari-hari ganjilnya saja.

Sambil beriktikaf dan memburu Lailatul qadhar, segunung doa dipanjatkan. Akankah instan pula dikabulkan? Belum tentu.

Mengutip Ibrahim bin Adham seorang sufi yang hidup pada abad ke-8 Masehi, pernah berpidato di hadapan jamaah di Basrah, yang rata-rata mereka hampir putus asa dalam doa, lantaran sudah lama berdoa tetapi tidak terkabul.

Kata Ibrahim Adham, “Doamu tidak dikabulkan Allah lantaran sepuluh perkara:
1.    Kamu mengenal Allah, tetapi kamu tidak mendatangkan kewajiban kepada-Nya.
2.    Engkau membaca Al-Qur’an, tetapi engkau tidak mengamalkan kandungannya.
3.    Engkau mengatakan menjadi musuh syetan, tetapi engkau mengikuti dan bersesuaian dengan syetan.
4.    Engkau mengatakan menjadi Umat Nabi Muhammad SAW, tetapi engkau tidak mengikuti jejaknya.
5.    Engkau berkeinginan masuk surga, tetapi tidak mau beramal yang dapat menghantarkannya ke surga.
6.    Engkau menginginkan selamat dari api neraka, tetapi engkau mencampakkan dirimu ke dalamnya.
7.    Engkau mengatakan bahwa mati itu pasti, tetapi engkau tidak mau mempersiapkan bekal untuk mati.
8.    Engkau sibuk meneliti cela kawan-kawanmu, tetapi engkau tidak mau memperhatikan cela dirimu sendiri.
9.    Engkau makan nikmat dari Tuhamu, tetapi engkau tidak pernah bersyukur kepadanya.
10.    Engkau ikut mengubur orang mati, tetapi engkau tidak dapat mengambil i’tibar (pelajaran) dari peristiwa itu.

Maka setiap orang yang berdoa dan menginginkan doanya segera terkabul hendaknya bercermin kepada Rasulullah SAW. Bagaimana beliau berdoa. Sesudah itu harus pula mengetahui dan memenuhi etika dan estetika berdoa.

Sesudah itu, perhatikan  benar-benar uraian di atas. Saudara akan dapat menjawab di mana letak kesalahan doanya sehingga tidak atau belum terkabul. Pada akhirnya nanti pasti akan sadar bahwa tidak segera terkabulnya doa itu faktornya berada pada diri orang yang berdoa, bukan berada pada Allah.

Penulis adalah sahabat Republika Online yang kini sedang bekerja di Makkah, Arab Saudi.

sumber http://www.republika.co.id/

Meraih ampunan Allah SWT

| 0 komentar

Ramadhan disebut bulan penyucian diri, karena di bulan ini Allah mencurahkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada setiap hamba yang menunaikan ibadah puasa dengan keimanan dan mengharap pahala dari-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits:

Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala diampuni baginya dosa-dosa masa lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah adalah suri tauladan bagi seluruh umat, dimana kita ketahui bahwasanya Rasulullah senantiasa mengajarkan manusia pada kebaikan, kita tahu bahwasanya Beliau adalah seorang hamba yang sudah diampuni setiap dosa selama masa hidupnya, akan tetapi beliau senantiasa memohon ampunan kepada Allah, bahkan Rasulullah setiap harinya beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah sebanyak 70 sampai 100 kali dalam sehari sebagaimana dijelaskan dalam dua hadis shahih :

Dari Abu Hurairah RA berkata, ia mendengar Rasulullah SAWbersabda : “Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR  Bukhari).

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR  Muslim).

Seperti itulah istighfar Rasulullah SAW sebagai manusia yang sudah diampuni setiap dosa selama hayatnya, maka sungguh harus ribuan bahkan jutaan kali kita memanjatkan istghfar kepada Allah karena diri kita penuh dengan tumpukan dosa yang dilakukan siang dan malam, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits Qudsi:

Allah berfirman dalam hadits Qudsi, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR  Muslim ).

Sungguh maghfirah itu sangat luas dan sangat dekat asalkan kita mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah dan manjauhi setiap larangan-Nya.

Ketika Allah menjelaskan bahwasanya kita selaku manusia sering melakukan dosa siang dan malam, maka Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk mengajarkan sebuah doa yang dianjurkan untuk dibaca siang dan malam hari yang masyhur dengan sayyidul istighfar, sebagai doa pengakuan atas setiap dosa dan mengharapkan ampunan dari-Nya.

“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”

 [Ya Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau].” (HR. Bukhari).

Harus diketahui bahwa ada tiga syarat dalam taubat; pertama, kita harus meninggalkan maksiat, kedua, kita menyesali maksiat, dan ketiga, ‘azam (tekad) yang kuat untuk tidak mengulanginya.

Jadikanlah kesempatan Ramadhan tahun ini sebagai sarana untuk meraih maghfirah Allah Swt. Sehingga kita berharap menjadi hamba yang suci dari dosa.

Wallahu a'lam.

Mahfud MD: Anomali Terlalu Lama, Lunturkan Jati Diri Bangsa

Selasa, 02 Agustus 2011 | 0 komentar

Hadir di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Dr Mahfud MD, disambut hangat oleh rektor, Dr Muhadjir Effendy, MAP, Rabu (20/07). Kehadiran Mahfud terkait undangan sebagai pembicara seminar dan dialog kebangsaan yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Selain Mahfud, pembicara lain adalah Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dr. Saleh Daulay. Dialog mengambil tema Jati Diri Bangsa dalam Perspektif Hukum, Sosial dan Politik.

Manfaat Puasa untuk Kesehatan

| 0 komentar


Berikut beberapa manfaat yang kita peroleh ketika kita berpuasa. Dikutip dari..http://azissriyono.staff.umm.ac.id
  1. Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL and apoprotein alfa1, dan penurunan LDL ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa the penelitian “chronobiological” menunjukkan saat puasa ramadan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperanan bagi peningkatan kesehatan manusia.

Sambutan Mendiknas Dalam Rangka Memasuki Tahun Ajaran Baru 2011-2012

| 0 komentar


Sambutan Mendiknas
Memasuki Tahun Pelajaran Baru 2011-2012

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat Pagi, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Alhamdulillah, mengawali tahun pelajaran baru 2011-2012 kita semua masih dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga bisa berkumpul dalam apel atau upacara bendera pagi ini, dalam keadaan sehat dan wajah berseri-seri. Karena itu, marilah kita senantiasa selalu berdoa dan memohon untuk kebaikan kita bersama pada Tuhan Yang Maha Kuasa.


Deklarasi Siswa, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan untuk Melaksanakan Pendidikan Karakter

| 0 komentar

DEKLARASI SISWA, PENDIDIK, DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
UNTUK MELAKSANAKAN PENDIDIKAN KARAKTER
Kami, Siswa, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan Indonesia, dengan ini menyatakan:

(1)        Pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia harus mewujud dalam tingkah laku dan karakter bangsa Indonesia;


Hasil Riset Pada Kaum Muda Muslim: Keyakinan Yes, Ibadah No, Benarkah?

| 0 komentar

JAKARTA--Keyakinan kaum muda Muslim Indonesia percaya dengan nilai-nilai dan perilaku Islami tidak bisa diragukan. Namun, keyakinan itu tidak diimbangi praktek sewajarnya.

Hasil survei bersama Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Goethe Institut serta The Freidrich Nauman Fondation For Freedom menyebutkan 90 persen pemuda percaya bahwa Tuhan memiliki peran penting dalam kehidupan mereka. Sementara 60 persennya, menekankan pentingnya untuk menjadi seorang Muslim.
Mereka juga menolak melakukan seks pra nikah (96.2 persen), mengkonsumsi alkohol (88.7 persen) dan narkotika (99.2 persen). Disisi lain, hanya 13.5 persen dari pemuda Muslim yang menolak poligami. Prosentase itu lebih sedikit dari jumlah perempuan muda Muslim yang menolak poligami. Namun, hasil survei lain bergitu bertolak belakang. Disebutkan hanya 28.7 persen pemuda Muslim yang melakukan shalat 5 waktu, sedangkan 59.6 persen pemuda mengatakan selalu berpuasa, dan hanya 11.7 persen mengatakan mereka memahami sebagian besar surat-surat dalam Alquran.

Kekuatan Azan

| 0 komentar

Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham

Waktu bergerak dan terus berputar. Malam berganti dan siang kembali menjelang. Begitu seterusnya, hingga fase alam dunia ini berakhir. Tentu, tidak ada yang bisa menahan gerak sunatulah-Nya ini. "Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berilmu." (QS Ali Imran [3]: 190).

Humor Sufi: Abu Nawas Mendemo Hakim

| 0 komentar

REPUBLIKA.CO.ID, Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir.

 
© Copyright 2010-2011 Arifin Raleopaqi All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.