Ramadhan disebut bulan penyucian diri, karena di bulan ini Allah
mencurahkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada setiap hamba yang menunaikan
ibadah puasa dengan keimanan dan mengharap pahala dari-Nya, sebagaimana
dijelaskan dalam hadits:
Dari Abu Hurairah RA Rasulullah SAW
bersabda: “Barang siapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala
diampuni baginya dosa-dosa masa lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah
adalah suri tauladan bagi seluruh umat, dimana kita ketahui bahwasanya
Rasulullah senantiasa mengajarkan manusia pada kebaikan, kita tahu
bahwasanya Beliau adalah seorang hamba yang sudah diampuni setiap dosa
selama masa hidupnya, akan tetapi beliau senantiasa memohon ampunan
kepada Allah, bahkan Rasulullah setiap harinya beristighfar (memohon
ampunan) kepada Allah sebanyak 70 sampai 100 kali dalam sehari
sebagaimana dijelaskan dalam dua hadis shahih :
Dari Abu Hurairah
RA berkata, ia mendengar Rasulullah SAWbersabda : “Demi Allah. Sungguh
aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih
dari 70 kali.” (HR Bukhari).
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai
sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu
bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR Muslim).
Seperti
itulah istighfar Rasulullah SAW sebagai manusia yang sudah diampuni
setiap dosa selama hayatnya, maka sungguh harus ribuan bahkan jutaan
kali kita memanjatkan istghfar kepada Allah karena diri kita penuh
dengan tumpukan dosa yang dilakukan siang dan malam, sebagaimana
dijelaskan dalam sebuah hadits Qudsi:
Allah berfirman dalam
hadits Qudsi, “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu
siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka
mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR Muslim ).
Sungguh
maghfirah itu sangat luas dan sangat dekat asalkan kita mendekatkan
diri kepada-Nya dengan melaksanakan segala perintah dan manjauhi setiap
larangan-Nya.
Ketika Allah menjelaskan bahwasanya kita selaku
manusia sering melakukan dosa siang dan malam, maka Allah memerintahkan
kepada Rasulullah untuk mengajarkan sebuah doa yang dianjurkan untuk
dibaca siang dan malam hari yang masyhur dengan sayyidul istighfar,
sebagai doa pengakuan atas setiap dosa dan mengharapkan ampunan
dari-Nya.
“Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani
wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika
min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi
dzanbi, faghfirliy fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”
[Ya
Allah! Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb yang berhak disembah
kecuali Engkau. Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku
akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung
kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku
dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya
tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau].” (HR. Bukhari).
Harus
diketahui bahwa ada tiga syarat dalam taubat; pertama, kita harus
meninggalkan maksiat, kedua, kita menyesali maksiat, dan ketiga, ‘azam
(tekad) yang kuat untuk tidak mengulanginya.
Jadikanlah
kesempatan Ramadhan tahun ini sebagai sarana untuk meraih maghfirah
Allah Swt. Sehingga kita berharap menjadi hamba yang suci dari dosa.
Wallahu
a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar